Penyusunan dan Langkah-langkah serta Proposal Penelitian Tindakan Kelas Baggi Guru
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
PTK atau action research saat ini merupakan kewajiban dan tuntutan bagi seorang Tenaga Pendidik yang profesional. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Menurut ahli peneliti, bahwa action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
Adapun Tujuan dari PTK tersebut bagi seorang Tenaga Pendidik adalah sebagai berikut :
- PENELITIAN TINDAKAN KELAS MERUPAKAN PENELITIAN YANG BERTUJUAN UTAMA UNTUK MEMECAHKAN MASALAH DI KELAS YANG AJAR, dan BUKAN DIKELAS YANG DIAJAR OLEH ORANG LAIN.
- PENELITIAN TINDAKAN KELAS BUKAN UNTUK MENGUJI TEORI, TETAPI SUATU PENELITIAN UNTUK MEMECAHKAN MASALAH PEMBELAJARAN DI KELAS, JADI TIDAK MEMERLUKAN HIPOTESIS KERJA, TAPI HIPOTESIS TINDAKAN.
- PENELITIAN TINDAKAN KELAS JUGA BUKAN PENELITIAN YANG MEMBANGUN TEORI (GROUNDED THEORY), TETAPI SUATU PENELITIAN UNTUK MEMECAHKAN MASALAH PEMBELAJARN .
Adapun langkah-langkahnya yang harus dilakukan dalam penysunan PTK adalah sebagai berikut:
A. Menentukan/menyusun judul penelitian,
Tenaga Pendidik dalam menyusun penelitian tindakan kelas harus bertolak dari permasalahan yang terjadi di kelas, yang terdiri dari permasalahan Tenaga Pendidik maupun permasalahan siswa. Permasalahan terjadi karena adanya kesenjangan antara idealisme dari harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang ada dan terjadi dalam pembelajaran di kelas. Adapun ketentuan dalam menentukan masalah yang dimaksud adalah:
- instrospeksi diri bahwa ada masalah dalam pembelajaran di kelas,
- menuliskan masalah,
- mengidentifikasi masalah yang esensial
- menentukan alternatif solusi dari masalah yang teridentifikasi,
- merumuskan masalah, dan
- menuliskan judul penelitian tindakan kelas.
B. Contoh masalah belajar dan mengajar mata pelajaran di kelas
- Sebagian besar siswa kurang menyukai materi pelajaran yang diajarkan.
- Minat belajar peserta didik rendah
- Sebagian besar peserta didik tidak bersemangat saat pelajaran
- Nilai rata-rata ulangan harian matapelajaran selalu kurang dari KKM
- Sebagian besar peserta didik tidak mengerjakan PR
- Tenaga Pendidik belum menguasai strategi pembelajaran yang inovatif.
- Alat peraga PJOK di sekolah kurang tersedia.
C. Menentukan masalah yang esensial untuk diteliti
Dari masalah-masalah di atas dapat dipilih masalah yang esensial (mudah dilaksanakan, murah biaya pelaksanaan, mudah mencari kajian teori, mendesak untuk diselesaikan). Dari beberapa masalah di atas yang kurang esensial antara lain: siswa tidak bersemangat saat pelajaran . Masalah ini dikatakan esensial untuk diteliti karena dapat mempengaruhi hasil belajar “Nilai selalu kurang dari KKM”. Hal ini diduga guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional, karena keterbatasan pengetahuannya dalam penggunaan strategi pembelajaran yang inovatif. Masalah tersebut dapat dituliskan dengan kalimat yang komunikatif sebagai berikut “hasil belajar PJOK Peserta didik masih rendah”
D. Menentukan alternatif solusi
Mencermati masalah teridentifikasi di atas, solusi yang dipilih antara lain : penggunaan pendekatan atau model pembelajaran seperti telah diuraikan pada bagian pertama. Misalnya memilih media atau alat yang dapat dipergunakan melalui inovasi.
E. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari masalah dan solusi terpilih di atas adalah:
- Bagaimana menggunakan media tersebut agar dapat meningkatkan prestasi belajar Atletik lari jarak pendek?
- Apakah dengan menggunakan inovasi media dapat meningkatkan prestasi belajar atletik lari jarak pendek?
F. Penulisan judul penelitian tindakan kelas
Dari perumusan masalah di atas dapat diturunkan judul penelitian yaitu “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Sprint dengan menggunakan media Baling-baling.
Dibawah ini salah satu Contoh PTK yang dapat dipergunakan sebagai literatur bagi bapak ibu, yang mengajar bidang studi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Silahkan dibaca dan dikembangkan.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SPRINT 50 M
MELALUI MEDIA BALING-BALING PADA PESERTA DIDIK KELAS VII C SMP N 1 REJANG
LEBONG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
NASKAH PERLOMBAAN KARYA INOVASI PEMBELAJARAN
GURU SMP TINGKAT NASIONAL
TAHUN 2017
Oleh :
NAMA
|
:
|
HOTLIDER H SIMAMORA
|
NIP
|
:
|
19841020 200804 1 001
|
BIDANG STUDI
|
:
|
PJOK
|
TEMPAT TUGAS
|
:
|
SMP N 1 REJANG LEBONG
|
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 1 REJANG LEBONG
JL. Basuki Rahmat
No.6 Dwi Tunggal Curup – Bengkulu
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus di arahkan
pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan bukan hanya mengembangkan
ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, keterampilan berfikir
kritis, stabilitas emosional, keetrampilan sosial dan tindakan moral melalui
kegiatan aktifitas jasmani dan olahraga. Dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik
dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur
kerjasama, dll). Aktifitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan
sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktifitas yang dilakukan dapat mencapai
tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan peserta didik dapat
memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang
menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan pemahaman terhadap
gerak manusia itu sendiri. Sesuai dengan karakteristik peserta didik
SMP(Sekolah Menengah Pertama), dimana mereka para peserta didik masih suka
bermain. Untuk itu guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) harus
mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan
memperhatikan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pada usia
SMP(rata-rata usia 13-15 tahun) seluruh aspek perkembangan manusia baik
kognitif, psikomotor dan afektif masih mengalami perubahan yang sangat drastis.
Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan(PJOK) yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang
sangat penting, untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar terlibat
secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani,
olahraga dan kesehatan secara sistematis. Melalui pengalaman belajar tersebut
peserta didik dapat diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan
psikis yang lebih baik sekaligus membentuk pola hidup sehat sepanjang hayat.
Kita dapat melihat
kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan hanya hanya mengaitkan
aspek kemampuan kognitif disamping itu juga kita harus mempertimbangkan
aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor serta life skill.
Dalam penyempurnaan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional maka Pemerintah menerbitkan Kurikulum 2013 dan didasari
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
dan dirangkum didalam Permendikbud nomor 54 tahun 2013. Agar standar kompetensi
pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud
dan tujuan sebagaimana yang ada di dalam kurikulum 2013 maka guru pendidikan
jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan tidak membosankan
melalui pendekatan saintifik sebagai prinsip-prinsip kegiatan pembelajara
Kurikulum 2013.
Adapun prinsip-prinsip
kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut :
1.
peserta didik diberi
tahu menjadi peserta didik mencari tahu;
2.
guru sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;
3.
pendekatan
tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah;
4.
pembelajaran
berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis
kompetensi;
5.
pembelajaran parsial
menjadi pembelajaran terpadu;
6.
pembelajaran
yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7.
pembelajaran
verbalisme menjadi keterampilan aplikatif;
8.
peningkatan dan
keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9.
pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pebelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso),
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di
sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;
13. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran;
14. pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik. Penilaian autentik merupakan
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan siswa, serta proses dan
hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input –
proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar
peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional
effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.
Untuk itu perlu adanya
pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran. Atletik adalah induk
dari segala cabang olahraga. Nomor-nomor atletik dapat dibagi dalam tiga nomor
lomba yaitu : lari, lompat dan lempar. Kemampuan lari, lompat dan lempar sudah
dimiliki sejak dahulu, dengan tujuan untuk mempertahankan diri dalam berburu.
Dengan alasan-alasan itulah, seharusnya atletik dapat digemari oleh anak didik
dimana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional,
sportifitas, spiritual, sosial dll) serta pembiasaan pola hidup sehat yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis
yang seimbang.
Pembelajaran
Lari Sprint 50 m materi Atletik pada peserta didik Kelas VII yang ada di SMP N 1
Rejang Lebong, Curup Kab. Rejang Lebong belum menunjukkan Hasil belajar yang
memuaskan bagi saya selaku guru PJOK, dimana para peserta didik lebih banyak
tidak mencapai KKM(Kriteria Ketuntasan Maksimum) yang telah di tetapkan bersama
MGMP(musyawarah Guru Mata Pelajaran) SMP N 1 Rejang Lebong. Melalui fenomena
ini diperlukan pengembangan Pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan minat
peserta didik terhadap materi lari Sprint
50 m. Didalam proses belajar mengajar selalu melakukan pengamatan terhadap
peserta didik, dimana peserta didik sangat banyak yang enggan untuk
melaksanakan kegiatan lari Sprint 50
m dalam hal ini peserta didik kurang tertarik dengan kegiatan pembelajaran yang
monoton.
Hambatan-hambatan
diatas menjadi permasalahan dalam proses
pembelajaran terutama pada materi lari Sprint 50 m. Faktor terpenting dalam pembelajaran lari untuk peserta
didik SMP adalah metode pembelajaran mengandung unsur teknik dasar lari yang
menarik bagi peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami kejenuhan
dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga diperlukan sebuah Inovasi Pembelajaran
Media yang dikemas melalui Media Pembelajaran baling-baling agar peserta didik
merasa senang dan antusias dalam mengikuti kegiatam belajar mengajar
pembelajaran lari Sprint 50 m,
dengan harapan pembelajaran lari Sprint 50 m dapat disenangi oleh peserta didik sehingga tercapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Salah satu cara
menumbuhkan atau meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan jasmani adalah dengan metode bermain, melalui Inovasi
Pembelajaran dengan menerapkan Media Pembelajaran baling-baling dalam pelaksanaan Proses
belajar mengajar lari Sprint 50
m untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Pelaksanaan Proses
belajar mengajar peneliti menerapkan pembelajaran dengan metode pendekatan
bermain, dan berupaya memanfaatkan Media Pembelajaran Baling-baling kedalam
materi lari Sprint 50 m dengan tujuan agar
peserta didik merasa senang, tidak merasa jenuh dalam kegiatan pembelajaran
serta menciptakan suasana kegembiraan dengan harapan materi lari Sprint 50 m dapat disenangi oleh
peserta didik untuk tercapai tujuan materi pembelajaran.
Berdasar uraian
diatas, maka diperlukan sebuah upaya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
melalui Inovasi Pembelajaran untuk “Meningkatkan
Hasil Belajar Lari Sprint 50 m Melalui Media Baling-baling pada Peserta
Didik Kelas VII C SMP N 1 Rejang Lebong Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka ditemukan sebagai
rumusan masalah yaitu :
1.
Apakah ada peningkatan
hasil belajar lari Sprint 50 m
dengan Menggunakan Media Baling-baling sebagai alat belajar pada peserta didik Kelas VII C SMP N 1 Rejang Lebong Tahun Pelajaran 2016/2017?
2.
Dengan adanya karya Inovasi Pembelajaran Media Baling-baling Apakah ada
peningkatan hasil belajar lari Sprint 50 m peserta didik kelas VII C SMP
Negeri 1 Rejang Lebong Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017?
C.
Tujuan
Tujuan
dari Inovasi ini adalah meningkatkan hasil belajar lari Sprint 50 m dengan Mengunakan Media
Baling-baling sebagai alat belajar pada Peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1
Rejang Lebong Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017
D.
Manfaat
Karya
Inovasi Pembelajaran ini diharapkan
menunjukkan manfaat Teoritis dan Praktis seperti dibawah ini ;
1. Manfaat
Teoritis
Karya Inovasi
Pembelajaran ini bermanfaat untuk memperkaya ide-ide cemerlang yang sudah ada
sebelumnya dan dapat juga sebagai bahan informasi atau bahan perbandingan untuk
melakukan pengembangan media pembelajaran yang lain. Khususnya untuk
meningkatkan hasil belajar materi lari Sprint 50 m, serta menambah wawasan dalam pengembangan media
pembelajaran atletik.
2. Manfaat
Praktis
a Bagi Guru
a.1. Untuk
meningkatkan kreatifitas mengajar guru menggunakan Media dalam
proses
pembelajaran.
a.2. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan
tugasnya secara
profesional.
b Bagi Peserta didik:
Menciptakan suasana proses belajar
mengajar yang lebih menyenangkan serta meningkatkan peran aktif peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani materi lari Sprint 50 m.
3. Bagi Sekolah:
Hasil karya inovasi ini
dapat membantu memperbaiki pembelajaran pendidikan jasmani olahraga di sekolah.
E.
Dampak
Implementasi dari hasil
karya inovasi pembelajaran media Baling-baling dapat di dipergunakan sebagai
berikut :
1. Sebagai
media dalam bentuk permainan sederhana yang bertujuan untuk melatih kecepatan,
serta kelincahan dimana kedua unsur ini merupakan pokok dalam lari cepat (Sprint 50
m) dimana peserta didik harus berusaha berlari dengan kecepatan maksimal
agar Baling-baling dapat berputar pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
2. Sebagai
alat yang mampu membagun dan memacu kecepatan peserta didik mencapai kecepatan
maksimal dalam lari jarak pendek(Sprint 50
m), tanpa menghilangkan substansi pokok-pokok materi pembelajaran dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
3. Menciptakan
suasana kegiatan pembelajaran dengan gembira pada materi lari Sprint 50 m agar disenangi
oleh peserta didik sehingga menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan serta memperoleh hasil pembelajaran yang optimal
sesuai tujuan pembelajaran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Konsep
/ Teori
a.1. Hakekat Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sebagai alat
untuk memudahkan materi ajar yang memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi.
Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi selain
itu pula ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media
pembelajaran. Media pembelajaran tersebut antara lain berupa benda nyata dan
alat-alat meedia yang lainnya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi
tentu sukar dipahami oleh peserta didik. Tanpa bantuan media, maka materi ajar
menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap peserta didik untuk mencapai
tujuan dari materi pembelajaran. Hal ini akan semakin terasa apabila materi
ajar tersebut abstrak dan rumit/kompleks maka alat bantu, media mempunyai
fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini didasari
keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi
kualitas kegiatan belajar peserta didik dalam tenggang waktu yang tidak lama.
Itu berarti, kegiatan belajar peserta didik dengan bantuan media akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan
media.
Untuk memahami pengertian Media dapat di
telaah melalui pendapat para ahli sebagai landasan untuk memahami akan
pentingnya media didalam proses belajar mengajar oleh pendidik di dalam
penyampaian bahan/materi ajar yang diajarkan. Media berasal dari bahasa latin
yakni Medium yang berarti
tengah,perantara, atau pengantar. Atau dengan kata lain Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan (Pupuh F dan
M.Sobry S 2007:65).
Selanjutnya Atwi Suparman(1997) didalam
Pupuh F dan M.Sobry S 2007:65 mendefiniskan bahwa, media merupakan alat yang
digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim pesan kepada
penerima pesan.
Untuk lebih detail akan perlunya penggunaan
media didalam proses belajar mengajar maka
Pupuh F dan M.Sobry S (2007:65) memaparkan fungsi penggunaan media dalam
proses pembelajaran diantaranya :
1. Menarik
perhatian peserta didik
2. Membantu
untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran
3. Memperjelas
penyajian pesan agar tidak bersifat Verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)
4. Mengatasi
keterbatasan ruang
5. Pembelajaran
lebih komunikatif dan produktif
6. Waktu
pembelajaran bisa dikondisikan
7. Menghilangkan
kebosanan peserta didik dalam belajar
8. Meningkatkan
motivasi peserta didik dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar
9. Melayani
gaya belajar peserta didik yang beraneka ragam, serta
10. Meningkatkan
kadar keaktifan / keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
Dari penjelasan diatas maka dapat di
simpulkan bahwa Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang
terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik dalam benak atau
mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat
terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat
dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif.
Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman
yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorang peserta didik Dengan demikain
Pendidik dapat membuat peserta didik berperan aktif baik secara fisik, mental,
emosional. Begitu pula Pada hakekatnya, seorang pendidik sebagai pengguna harus
dapat memilih media yang tepat dengan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan karakteristik materi pembelajaran.
Dengan adanya media pembelajaran
diharapkan peserta didik memiliki keterlibatan langsung didalam proses kegiatan
belajar mengajar seperti yang di sampaikan Dimyati dan Mudjiono (2002:63) bahwa
“keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah: 1) Merancang kegiatan
pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil;
2) mementingkan eksperimen langsung oleh peserta didik dibandingkan dengan
demonstrasi; 3) menggunakan media yang langsung digunakan oleh peserta didik;
4) memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempraktikkan gerakan
psikomotorik yang dicontohkan; ...”
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan sebagai alasan penggunaan media pembelajaran dalam
proses pembelajaran, yaitu:
a.
Alasan yang pertama adalah
berkenaan dengan menfaat media pengajaran itu sendiri, antara lain:
1)
Pendidik lebih menarik perhatian
peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat belajar.
2)
Bahan pengajaran lebih jelas
maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
3)
Metode mengajar akan lebih
bervariasi.
4)
peserta didik dapat lebih sering
melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan
lain-lain
b.
Alasan kedua adalah sesuai dengan
taraf berpikir peserta didik. Dimulai dari taraf berfikir konkret menuju
abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks. Karena
dengan adanya media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan
hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Itulah beberapa alasan mengapa
media pembelajaran dapat mempertinggi keberhasilan dalam proses pemelajaran.
a.2. Hakekat Pembelajaran Atletik
Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan peserta didik agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Waluyo, 2011 :
27). Strategi pembelajaran atletik pada dasarnya diarahkan agar peserta didik
dapat menampilkan berbagai nomor cabang olahraga atletik secara maksimal. Ada
tiga komponen yang mempengaruhinya, pertama kualitas kesegaran jasmani yang
didalamnya meliputi beberapa komponen penting seperti daya tahan, kekuatan,
fleksibilitas, kedua kualitas keterampilan gerak ( Skill ) dan ketiga
kualitas konsep geraknya.
Efektifitas pengajaran sangat
ditentukan oleh pendekatan pengajaran yang dipilih guru atas dasar pengetahuan
guru terhadap sifat ketrampilan atau tugas gerak yang dipelajari peserta didik.
Berdasarkan sifat tugas gerak yang ada pendekatan mengajar bisa dibedakan
menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tak langsung.
Menurut Para ahli sepakat bahwa
pengajaran dengan pendekatan langsung akan lebih efektif jika tujuan pengajaran
adalah agar peserta didik mempelajari yang khusus. Dalam hal ini, pengajaran
langsung melibatkan :
a.
Lingkungan
yang berorientasi pada tugas gerak tetapi tidak terlalu ketat, dengan berfokus
pada tujuan akademis.
b.
Pemilihan
tujuan pengajaran yang jelas, materi pelajaran dan pengamatan kemajuan peserta
didik secara aktif harus benar-benar diperhatikan.
c.
Kegiatan
pembelajaran yang terstruktur.
d.
Umpan
balik yang berorientasi secara akademis
Aktivitas yang diperlukan dalam
proses tumbuh kembang anak besar di antaranya adalah (Sugiyanto, 2001:4.37 -
4.38):
1.
Bermain
dalam situasi berlomba atau bertanding dengan pengorganisasian yang sederhana.
Misalnya: berlomba dalam beberapa macam gerakan seperti berlari, merayap,
melompat, menggiring bola, adu lempar tangkap dan sebagainya. Melakukan
pertandingan kecabangan olahraga yang peraturannya disederhanakan, misalnya
pertandingan adu lari memindahkan bola. Dengan pengarahan dan pengelolaan
aktivitas yang baik dari guru, aktivitas ini akan berdampak kepada peningkatan
kepercayaan diri anak dan kebanggaan dirinya.
2.
Aktivitas
beregu atau berkelompok. Anak diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan
temannya dalam melakukan aktivitas untuk membina kebersamaan di antara mereka.
a.3. Hakekat Lari Sprint
Lari jarak
pendek adalah jenis perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan
penuh/maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Lari cepat untuk anak
kelompok pendidikan Dasar yakni berjarak 50 m.
Lari adalah frekuensi
langkah kaki yang dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan
badan melayang, (Djumidar,2004::5.2). Lari merupakan gerak mengais, badan
bergerak maju karena akibat dari gaya dorong ke belakang terhadap tanah.
Lari
cepat merupakan lari yang dilakukan mulai dari garis start hingga garis finish
dengan kecepatan maksimal, yaitu melangkah selebar dan secepat mungkin.
Lari 50 m termasuk katergori lari Sprint karena merupakan lari jarak
pendek, dimana lari jarak pendek merupakan lari yang menempuh jarak 50 m sampai
400 meter. Lari Sprint merupakan jenis lari yang dilakukan dengan kecepatan
maksimal, dalam melakukan lari Sprint pada umumnya menggunakan start jongkok
Begitu juga didalam (Yoyo B, Ucup,
Y., Adang, S. 2000 :57) mengungkapkan bahwa Dilihat dari taksonomi gerak umum,
atletik secara lengkap diwakili oleh gerak-gerak dasar membangun pola gerak
yang lengkap, dari mulai gerak lokomotor, nonlokomotor, sekaligus gerak
manipulatif. Jika atletik ditinjau dari jenis keterampilannya dapat dimasukan
kedalam ketrampilan diskrit, serial, dan kontinyu. Serta jika ditinjau dari
pola lingkungan dimana atletik dilakukan, maka atletik cenderung masuk pada
klasifikasi keterampilan tertutup.
Permainan atletik maksudnya adalah
materi pelajaran atau program pembelajaran atletik yang disajikan dalam nuansa
permainan tetapi tidak menghilangkan unsur keseriusan dan menghilangkan
substansi pokok materi atletik. Agar pembelajaran nomor lari dapat berhasil
dengan baik, maka unsur-unsur bermain harus menjadi pokok pertimbangan
penyelenggaraan, yaitu :
1.
Pengembangan
dimensi bermain
2.
Pengembangan
dimensi variasi gerakan
3.
Pengembangan
dimensi irama atletik
4.
Pengembangan
dimensi kompetisi
5.
Pengembangan
pengalaman
Didalam buku Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Sekolah Menengah Pertama(SMP) bahwa Teknik lari jarak
pendek terbagi menjadi tiga, yaitu start jongkok, gerakan lari, dan
teknik memasuki garis finish.
a.
Start jongkok
a.
Cara
melakukan start jongkok yang benar adalah sebagai berikut : Posisi
berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada sandaran blok start, lutut
kaki belakang berada sejajar dengan ujung kaki depan.
b.
Kedua
lengan lurus sejajar dengan bahu, dan jari-jari tangan diletakkan dibelakang
garis start.
c.
Berat
badan bertumpu di kedua tangan, sehingga sikap seimbang dapat dipertahankan
sampai ada aba-aba.
Start jongkok yang digunakan oleh pelari jarak pendek, dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
b.
Start jongkok pendek (bunch start)
c.
Start jongkok menengah (medium start)
d.
Start jongkok panjang (long start)
Aba – aba start pada
perlombaan lari Sprint adalah sebagai berikut:
1.
Bersedia
Pelari menuju tempat start didepan blok
start dengan melangkahkan mundur seperti merangkak, dengan meletakkan
kaki pada blok start, yang disusul kaki belakang, kedua ujung kaki tetap
menyentuh tanah, jari-jari tangan tepat di belakang garis start. Kedua
lengan tetap dalam posisi lurus dengan sidikit melebar dari bahu. Bahu sedikit
condong ke depan berat badan berada di tengah-tengah sehingga badan dalam
posisi seimbang. Punggung diangkat
sedikit agak rata,otot leher dan rahang rileks, kepala bagian belakang
segaris dengan punggung, pandangan ke bawah atau ke depan sekitar 1-2 meter
dengan garis start dan konsentrasi dengan aba-aba selanjutnya. Seperti gambar dibawah ;
Gambar 1. Posisi sikap
Bersedia(Skripsi Hotlider H Simamora 2006:17)
2.
Siap
Angkat pinggul ke atas, dengan barat badan
berada di kedua tangan dan pandangan ke bawah dengan mengikuti gerakan badan,
kedua lengan dalam sikap lurus membentuk sudut 120 derajat.
Gambar 2. Posisi sikap
Siap(Skripsi Hotlider H Simamora 2006:18)
3.
Ya
Tolakkan kaki pada blok start, ayunkan
kedua lengan ke depan secara bergantian dan berlawanan dengan gerakan kaki
(jika tangan kanan didepan maka kaki kanan dibelakang, begitu juga sebaliknya).
Gambar 3. Posisi sikap Siap(Skripsi
Hotlider H Simamora 2006:18)
2. Gerakan
Lari
Gerakan Sprint, dibagi menjadi 3
gerakan,. Yaitu:
e.
Posisi
tubuh pada saat lari
Posisi tubuh/badan condong ke depan secara
wajar, serta otot sekitar leher dan rahang tetap rileks dengan kepala dan punggung
dalam posisi segaris. Pada saat lari mulut tertutup dan rapat serta pandangan
ke depan lintasan.
f.
Ayunan
kedua lengan
Ayunan lengan dilakukan dari belakang ke depan
secara berganti-ganti dengan siku sedikit dibengkokkan.
g.
Gerakan
langkah kaki
Langkah kaki
panjang dan dilakukan secepat mungkin.Pendaratan kaki/tumpuan selalu pada ujung
telapak kaki, sedangkan lutut sedikit dibengkokkan.
Gambar 4. Posisi sikap
Lari (Skripsi Hotlider H Simamora 2006:18)
3. Gerakan
Finish
Memasuki garis finish merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk mencapai sukses. Keterlambatan persekian detik
memasuki garis finish sangatlah rugi. Sebuah perlombaan diakhiri dengan finish.
Hal ini juga berlaku pada lari 50 m m untuk peserta didik Sekolah Dasar. Untuk
memenangkan sebuah perlombaan seorang pelari harus menguasai teknik start,
teknik lari 50 m m, dan teknik finish. Walaupun waktu antara pelari
hanya beberapa detik. Pelari yang menyentuh finish pertama kali yang
menang.
Menurut Djumidar (2001 : 12.17) teknik memasuki
garis finish dapat melalui tiga cara : 1) lari terus tanpa mengubah
sikap, 2) dada dicondongkan kedepan dengan kedua tangan diayun kebelakang, dan
3) dada diputar dengan mengayunkan tangan ke depan sehingga bahu sebelah maju
kedepan.
Yang dilarang adalah:
a. Meloncat pada saat memasuki garis finish
b. Menarik/menggapai pita finish
c. Berhenti mendadak atau mengurangi kecepatan
digaris finish.
Dari ketiga teknik dalam lari Sprint tersebut
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Konsentrasilah
pada saat start dan lari
b.
Pertahankan
lari dari mulai start sampai garis finish menjelang finish lari
harus dipercepat
c.
Sikap
lari tetap pada jalur lurus
d.
Badan
tidak oleng ke kiri maupun kanan.
B.
Kerangka
Berpikir
Mencapai putaran maksimal media
baling-baling, sangat memerlukan teknik-teknik dalam kelangsungan lari seperti
kecepatan lari, arah angin dan juga kokohnya pegangan tangkai baling-baling,
dengan ketiga aspek ini penulis karya inovasi mempunyai pemikiran bahwa, hasil
belajar Lari Sprint maksimal dapat
dicapai dengan proses pembelajaran menggunakan media baling-baling dimana media
baling-baling akan berputar apabila ada dorongan angin yang berlawanan arah
pada saat peserta didik membawa media Baling-baling dengan kecepatan lari yang
maksimal.
Dari pemikiran diatas penulis karya
inovasi pembelajaran akan membuktikan sejauh mana pengaruh Media Baling-baling
untuk meningkatkan Hasil Belajar Lari Sprint
50 m pada kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan peserta didik SMP Negeri 1 Rejang Lebong. Adapun kerangka berpikir
yang saya sampaikan didalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Media
Baling-baling berperan penting untuk meningkatkan hasil belajar lari sprint peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di tingkat Sekolah
Menengah Pertama(SMP)
2. Media
baling-baling akan berputar apabila peserta didik berlari dengan kecepatan
maksimal pada saat membawa media tersebut.
Kebenaran
akan kerangka berfikir tersebut diatas akan diujikan dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan metode bermain dalam kegiatan belajar lari sprin pada peserta didik kelas VII C SMP
Negeri 1 Rejang Lebong Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.
BAB
III
INOVASI PEMBELAJARAN
A.
Ide
Dasar Inovasi Pembelajaran Lari Sprint dengan
Media Baling-baling
Tenaga pendidik diharapkan harus
inovatif dan kreatif didalam menangani masalah yang dihadapi pada kegiatan
pembelajaran berlangsung dan perlu evaluasi sebagai tolok ukur keberhasilan
pembelajaran yang telah diberikan oleh guru bidang studi. Maka ide yang mendasari
penulis untuk pemanfaatan Media Baling-baling untuk meningkatkan hasil belajar
lari sprint para peserta didik yang
sangat memerlukan perhatian, adalah hasil belajar yang masih jauh dari yang
diharapkan belum sesuai dengan standar kelulusan yang telah di tetapkan bersama
oleh MGMP PJOK SMP Negeri 1 Rejang Lebong nilai 70( Putra 7,7 detik – 8,7
detik; Putri 8,8 detik - 9,9 detik). Adapun rata-rata hasil lari sprint peserta didik kelas VII C SMP
Negeri 1 Rejang Lebong sebelum diberikan media permainan Baling-baling dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
RATA-RATA
HASIL LARI SPRINT PESERTA DIDIK
KELAS VII C SMP NEGERI 1 REJANG LEBONG
|
|
PUTRA(detik)
|
PUTRI(detik)
|
9,13
|
10,77
|
Dari keadaan ini diperlukan suatu solusi
untuk mengatasi masalah yang terjadi didalam proses belajar mengajar Atletik
nomor Lari sprint. Maka perlu inovasi
Pembelajaran perlu Perancangan Media Baling-baling sebagai alat baru untuk
meningkatkan hasil lari sprint
peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Rejang Lebong Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2016/2017. Media ini dipergunakan dengan bentuk bermain tanpa
mengesampingkan konsep pokok-pokok pembelajaran yang diharapkan. Media ini
membantu peserta didik agar bergerak aktif dalam kegiatan belajar mengajar lari
sprint. Dengan adanya media ini
peserta didik akan mencapai aktifitas organ tubuh yang maksimal dalam
pelaksanaan proses pembelajaran materi Lari sprint.
Kesempatan
ini penulis akan menyampaikan ide pemanfaatan Media baling-baling(kincir)
sederhana untuk meningkatkan hasil belajar lari sprint peserta didik pada pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Seperti
yang dijelaskan Nana Sudjana(1991) dalam Pupuh F dan M.Sobry S (2010:68-69)
bahwa guru dianjurkan untuk memperhatikan prinsip-prinsip menggunakan media
pengajaran, adapun prinsip-prinsip media pengajaran tersebut adalah :
1. Menetukan
jenis media dengan tepat. Artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media
manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang diajarkan;
2. Menetapkan
atau mempertimbangkan subyek dengan tepat. Artinya, perlu diperhitungkan apakah
penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik;
3. Menyajikan
media dengan tepat. Artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam
pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode waktu dan sarana;
4. Menempatkan
atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya,
kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat menggunakan media
pengajaran, tanpa kepentingan yang jelas.
Melalui pendapat diatas, maka dapat
dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan media pembelajaran dengan inovasi
yang kreatif, terencana, tertata dan terprogram didalam melakukan kegiatan
sebagai alat bantu meningkatkan hasil belajar didalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar.
Permainan Media
Baling-baling diharapkan mampu untuk
pengembangan hal-hal sebagai berikut :
1. Menciptakan
permainan sederhana yang bertujuan untuk melatih kecepatan, serta kelincahan
dimana kedua unsur ini merupakan pokok dalam lari cepat (Sprint 50 m) daimana peserta didik harus
berusaha berlari dengan kecepatan maksimal agar Baling-baling dapat berputar
pada saat kegiatan proses belajar mengajar berlangsung.
2. Membagun
dan memacu kecepatan peserta didik mencapai kecepatan maksimal dalam lari jarak
pendek(Sprint 50 m), tanpa
menghilangkan substansi pokok-pokok materi pembelajaran pada kegiatan tes
kemampuan lari sprint 50 m.
3. Menciptakan
suasana kegiatan pembelajaran aktif, dan gembira pada materi lari Sprint 50 m dan selalu disenangi
oleh peserta didik sehingga menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan pada saat kegiatan proses belajar mengajar PJOK serta
memperoleh hasil pembelajaran yang optimal sesuai tujuan pembelajaran.
B.
Rancangan
Inovasi Pembelajaran Lari Sprint dengan
Media Baling-baling
Rancangan pemanfaatan
media sebagai alat dalam inovasi pebelajaran adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran
lari sprint berlangsung sebelum media
baling-baling di pergunakan dalam kegiatan proses kegiatan belajar mengajar
untuk melihat hasil yang terjadi pada peserta didik
2. Hasil
pembelajaran telah ditemukan dari evaluasi akhir proses kegiatan belajar
mengajar pada awal pembelajaran materi lari sprint
untuk mengetahui tindakan atau sikap apa yang akan dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang timbul dari hasil belajar tersebut.
3. Mempersiapan
bahan inovasi pembelajaran untuk mengatasi masalah yang ditemuka dari hasil pembelajaran lari sprint 50 m yang telah ditemukan melalui
akhir evaluasi pembelajaran.
4. Merancang
atau menentukan cara mengatasi permasalahan yang ditemukan dari hasil evaluasi
pembelajaran lari sprint 50 m.
5. Menyediakan
dan mempersiapkan bahan media apa yang akan di berikan sebagai alat untuk
membangun semangat didalm meningkatkan hasil belajar lari sprint 50 m.
6. Mempergunakan
media inovasi pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar mengajar lari sprint berlangsung dalam bentuk
permainan.
7. Kembali
menganalisis hasil kegiatan pembelajaran lari sprint setelah mempergunakan media baling-baling sebagai inovasi pembelajaran.
8. Hasil
pembelajaran lari sprint akan lebih
baik setelah mempergunakan media inovasi pembelajaran yang telah di pergunakan
yakni media Baling-baling(kincir angin) sebagai media permainan dalam Kegiatan Proses
Belajar Mengajar berlangsung.
C.
Proses
Pembaruan Media Baling-baling
Media
Baling-baling atau sering disebut sebagai kincir angin, dan penggunaan media
ini hanya dilakukan sebagai mainan ataupun pengembangan media sain, pada hal
kegunaan media ini belum pernah dipergunakan sebagai alat pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kepada peserta didik di
sekolah. Pemikiran rasional dapat menerima fungsi dan kegunaan media
Baling-baling sebagai alat permainan mempelajari materi Lari Sprint pada kegiatan belajar mengajar
olahraga. Semua orang mampu membuat kincir dari berbagai bahan, namun tidak ada
orang yang tau dan memanfaatkan media tersebut sebagai bahan atau alat bermain
didalam pembelajaran olahraga.
Langkah-langkah pembuatan Baling-baling
(Kincir angin)
a. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk membuat atau menciptakan media baling-baling(kincir angin).
Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :
Alat-alat
dan fungsinya
a.
Kertas Karton warna sebagai media
dasar pembuatan baling-baling
b.
Gunting atau Chatter sebagai pemotong kertas
c.
Jarum Pentul sebagai sumbu
baling-baling
d.
Kayu / bambu sebagai gagang pegangan
baling-baling
e.
Lem sebagai penyatu kertas karton
f.
Pisau Kecil sebagai alat membentuk
gagang baling-baling
g.
Penggaris sebagai alat menggaris
membuat garis pada kertas
h.
Jangka sebagai alat membuat
lingkaran tengah baling-baling
i.
Pensil sebagai alat membuat garis ada kertas
b. Langkah kedua
yang dilakukan adalah mempersiapkan kertas karton tersebut jadi persegi empat
dengan menggunakan penggaris dan pensil tulis dengan ukuran 20 x 20 cm, dan
membuat lingkaran dengan jari-jari 4 cm. Ukuran persegi ditentukan sendiri
sesuai ukuran dari gagang yang disediakan, dan perlu di ingat bahwa semakin
besar persegi yang buat maka semakin besar pula baling-baling yang didapatkan
begitu juga gagang yang akan di pergunakan.
c. Setelah
membuat persegi sesuai dengan ukurannyan, langkah selanjutnya
adalah membuat
garis di tengahnya. Karena tadi kertas persegi ukuran 20 cm x 20 cm untuk
membuat garis jangan terlalu menekan, ini bertujuan agar garis tidak terlalu
tajam sehingga mudah di hilangkan. Kalau terlalu tajam mengurangi putaran
baling-baling
d. Setelah
membuat garis vertikal dan horisontal pada potongan kertas persegi
tersebut, berilah warna dari empat bagian persegi yang ada di tengah dengan
warna yang berbeda-beda, ini bertujuan untuk mempercantik baling-baling dan
daya tarik peserta didik membawa berlari baling-baling tersebut, selanjutkan
buatlah lingkaran tengah yang berdiameter 4 cm.
e. Selanjutnya guntinglah kertas sesuai garis miring
yang telah dibuat tadi. Arah mengguntingnya dari pojok ke tengah dengan batas
lingkaran tengah, namun jangan terlalu mepet dengan titik tengahnya
menggunting. Bentuk persegi tersebut mengikuti garis yang telah di buat. Saat
proses pengguntingan, jangan sampai
salah menggunting karena akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan pada
baling-baling yang di buat(mengalami kerusakan)
f.
Langkah selanjutnya
adalah melipat ujung-ujung sisi kertas yang digunting. mengarah ke tengah
persegi, gunakan jari telunjuk untuk menahan lipatan tersebut dan pastikan
bahwa ujung lipatan tersebut saling bertumpukan agar tidak lepas.
g.
Tahap
Selanjutny baling-baling yang akan
dibuat sudah mulai nampak, selanjutnya tuskkan jarum pentul pada titik tengah
lipatan baling-baling tadi sampai tembus ke belakang, sebagai sumbu baling-baling,
lobang yang dibuat dengan baik agar nanti baling-baling berputar dengan baik
pada gagangnya. pastikan baling-baling dapat berputar.
h.
Selanjutnya kuncilah baling-baling
tersebut dengan pentul yang di tusukkan pada ujung gagang yang disedian, dan
pembatas sebagai pengunci batas baling-baling dengan jarak sebatas tebal
baling-baling tersebut agar baling-baling dapat berputar dengan baik dan
sempurna.
i.
Baling-baling(kincir angin) telah
selesai dibuat dengan sempurna.
Lebih lengkapnya dapat dilihat
sistematika Peta Kompetensi proses Penemuan/pembaruan media baling-baling
sebagai inovasi pembelajaran.:
Bagan proses belajar mengajar dengan
memanfaatkan Media baling-baling sebagai inovasi pembelajaran bagi peserta
didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Rejang Lebong Tahun Pelajaran 2016/2017.
Sketsa
1. Lapangan Pembelajaran
D.
Aplikasi
Praktis Media Baling-baling dalam Pembelajaran
1. Mekanisme
Pemanfaatan Media Inovasi Pembelajaran
Sketsa
2. Proses Pemanfaatan Media
Baling-baling
2. Kendala-kendala
penerapan karya inovasi pembelajaran
Adapun kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan inovasi pembelajaran melalui media baling-baling(kincir
angin) adalah sebagai berikut :
a. Lapangan
Sekolah yang tidak mencukupi jarak tempuh lari sprint 50 m untuk mengukur kemampuan peserta didik
b. Media
Baling-baling mengalami kendala pada saat berputar
c. Kegiatan
pemebelajaran kurang efektif karena bahan baling-baling disediakan ¼ dari
jumlah peserta didik.
3. Upaya
perbaikan yang dilakukan
Sebagai upaya yang
dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan
proses belajar mengajar tes lari sprint 50
m menggunakan lapangan Pemerintah daerah yang berjarak kurang lebih 100 m dari
lingkungan sekolah.
b. Lobang
Baling-baling di perbesar dilonggarkan
c. Kegiatan
pembelajaran lebih efektif didalam mengaktifkan para peserta didik didalam
proses kegiatan belajar mengajar dengan melengkapi alat baling-baling sesuai
dengan jumlah siswa yang ada didalam kelas.
E.
Data
Hasil Aplikasi Praktis Media Baling-baling terhadap pembelajaran Lari Sprint 50 m`
Kondisi awal hasil belajar lari sprint 50 m pada siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Rejang Lebong Semester Ganjil Tahun Pelajran 2016/2017 diketahui
melalui tes awal lari sprint. Para
peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan bermain dilakukan
dengan cara memilih jenis permainan yang gerakannya memuat unsur gerakan teknik
dasar lari cepat berupa permainan berlari berpindah tempat dengan jarak 20
meter persegi dengan membawa media Baling-baling sebagai syarat memenuhi unsur
gerakan teknik dasar lari sprint dalam kegiatan pembelajaran.
Penyajian data yang diperoleh dari
implementasi media baling-baling sebagai inovasi pembelajaran dapat dipaparkan
melalui data sebagai berikut:
Tabel 1.
Data hasil Lari lari Sprint 50
m peserta didik Putra Kelas VII C SMP
Negeri 1 Rejang Lebong Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017
No
|
Nama Peserta didik
Putera
|
Hasil Belajar Lari Sprint 50 m
|
||
Pra Siklus
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
||
1
|
ADEDO IGAI
|
10,17
|
9,52
|
8,75
|
2
|
AHMAD FARIDLY RIDLO
|
8,28
|
8,13
|
7,96
|
3
|
ARIO GEMAWANG
|
9,73
|
9,48
|
8,64
|
4
|
B. RICHARD NAIBAHO
|
10,07
|
9,71
|
9,63
|
5
|
DIYO IMAM MUHTARAM
|
9,07
|
8,62
|
8,27
|
6
|
ILHAM ALLIFIANZO
|
10,11
|
9,86
|
9,57
|
7
|
M. DWIRIZQY WIMBASSA
|
8,61
|
8,25
|
7,95
|
8
|
M. IRSYAD ABIMANYU
|
9,27
|
8,9
|
8,71
|
9
|
M.DIO RIZKY KENNEDY
|
9,26
|
9,01
|
8,81
|
10
|
MUHAMMAD DZAKI MUFRIH ROFI
|
9,22
|
8,86
|
8,77
|
11
|
MUHAMMAD RIDHO PUTRA N.
|
7,86
|
7,7
|
7,3
|
12
|
SYAHRUD APRIANSYAH
|
8,94
|
8,69
|
8,38
|
13
|
ZAMHARI AKBAR
|
8,05
|
7,69
|
7,63
|
Rata-rata
|
9,13
|
8,80
|
8,49
|
Tabel 2.
Data hasil Lari lari Sprint 50
m peserta didik Putri Kelas VII C SMP
Negeri 1 Rejang Lebong Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017
No
|
Nama Peserta didik
Puteri
|
Hasil Belajar Lari Sprint 50 m
|
||
Pra Siklus
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
||
1
|
ALYA ANISA PUTRI
|
11,46
|
10,33
|
9,74
|
2
|
ANASTASYA CAROLISTA
PAKPAHAN
|
11,33
|
11,26
|
9,17
|
3
|
ANDINI DWI LESTARI
|
11,41
|
10,56
|
10,02
|
4
|
APRILIA VIOLETTA ROSYAK
|
11,13
|
11,26
|
9,34
|
5
|
CAROLINE PERMATA SHAFIRA
|
10,99
|
10,12
|
9,33
|
6
|
CIKA GOLDA PUTRI AME
|
11,06
|
11,23
|
10,7
|
7
|
CITRA NANDA AGUNG SUBEKTI
|
11,14
|
10,3
|
9,77
|
8
|
DAYANA KHOIRIYAH HARAHAP
|
9,39
|
9,59
|
8,34
|
9
|
FANISA PARADITA
|
10,91
|
9,82
|
8,51
|
10
|
FAUZIAH QUDRATUL AULIANI
|
10,72
|
10,83
|
8,97
|
11
|
GEARDINI ANNISSA
|
10,44
|
11,03
|
8,73
|
12
|
INTAN RIWAYATY AMRAN
|
11,96
|
11,12
|
9,15
|
13
|
KHAFIFAH RAHMA WATI
|
10,11
|
9,45
|
8,95
|
14
|
LIDYA SUCI HARYANTI C.
|
10,78
|
10,69
|
9,37
|
15
|
MARISA AMELLIA
|
9,79
|
9,24
|
8,75
|
16
|
MIFTA AMELIA PUTRILIANSYAH
|
10,4
|
10,38
|
8,83
|
17
|
MONICA OKTAVIONA
|
10,77
|
10,78
|
9,01
|
18
|
NAYLA INDRA NAZHYRA
|
10,34
|
9,68
|
8,22
|
19
|
NIDA SYAKILA DIFANNI
|
10,42
|
9,89
|
9,03
|
Rata-rata
|
10,77
|
10,40
|
9,15
|
F.
Analisis
Data Hasil Belajar Aplikasi Praktis Media Baling-baling terhadap pembelajaran
Lari Sprint 50 m
Penyajian
Analisis data yang diperoleh dari implementasi media baling-baling sebagai
inovasi pembelajaran dapat dipaparkan melalui data sebagai berikut:
1.
Perbandingan
Peningkatan Hasil Belajar Lari sprint Putra dari Kondisi Awal ke Siklus 1
Tabel 3. Hasil Belajar Lari sprint
Putri dari Kondisi
Awal(Pra-siklus) ke Siklus 1
Hasil
Terendah Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 1
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 1
|
11,46
|
11,26
|
0,20
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint pada Siklus 1
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 1
|
9,39
|
9,24
|
0,15
|
Persentasi keberhasilan dalam
kegiatan belajar mengajar masa Pra Siklus 10,53 % dan Presentasi Kegagalan
89,47 % sedangkan pada Siklus 1 Presentasi keberhasilan 26,92 % dan Presentasi
Kegagalan 73,68 %.
2.
Perbandingan
Peningkatan Hasil Belajar Lari sprint Putri dari siklus 1 ke Siklus 2
Tabel 4. Hasil Belajar Lari sprint
Putri dari Siklus 1 ke
Siklus 2
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 1
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
11,26
|
10,07
|
0,56
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint pada Siklus 1
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
9,24
|
8,22
|
1,02
|
Persentasi keberhasilan dalam
kegiatan belajar mengajar pada Siklus 1 Presentasi keberhasilan 26,92 % dan
Presentasi Kegagalan 73,68 %.sedangkan pada siklus 2 keberhasilan mencapai
89,47 % sedanngkan tingkat kegagalan sebesar 10,53%
3.
Perbandingan
Peningkatan Hasil Belajar Lari sprint Putri dari Kondisi Awal(Pra Siklus) ke Siklus 2
Tabel 5. Hasil Belajar Lari sprint
Putri dari Kondisi
Awal(Pra-siklus) ke Siklus 2
Hasil
Terendah Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
11,46
|
10,70
|
0,76
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
9,39
|
8,22
|
1,17
|
4. Perbandingan Peningkatan Hasil
Belajar Lari sprint Putra dari
Kondisi Awal(Pra Siklus) ke Siklus 1
Tabel 6. Hasil Belajar Lari sprint
Putra dari Kondisi
Awal(Pra-siklus) ke Siklus 2
Hasil
Terendah Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 1
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 1
|
10,17
|
9,86
|
0,31
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint pada Siklus 1
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 1
|
8,05
|
7,69
|
0,36
|
Persentasi keberhasilan dalam
kegiatan belajar mengajar masa Pra Siklus 30,77 % dan Presentasi Kegagalan
69,23 % sedangkan pada Siklus 1 Presentasi keberhasilan 53,85 % dan Presentasi
Kegagalan 46,15 %.
5. Perbandingan Peningkatan Hasil
Belajar Lari sprint Putra dari
siklus 1 ke Siklus 2
Tabel 7. Hasil Belajar Lari sprint
Putra dari Siklus 1 ke Siklus
2
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 1
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
9,86
|
9,63
|
0,23
|
Hasil
Tertinggi Lari Sprint pada Siklus 1
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
7,69
|
7,30
|
0,39
|
Persentasi keberhasilan dalam
kegiatan belajar mengajar pada Siklus 1 Presentasi keberhasilan 53,85 % dan
Presentasi Kegagalan 46,15 %.sedangkan pada siklus 2 keberhasilan mencapai
76,92 % sedanngkan tingkat kegagalan sebesar 23,08%
6. Perbandingan Peningkatan Hasil
Belajar Lari sprint Putra dari
Kondisi Awal(Pra Siklus) ke Siklus 2
Tabel 8. Hasil Belajar Lari sprint
Putra dari Kondisi
Awal(Pra-siklus) ke Siklus 2
Hasil
Terendah Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
10,17
|
9,63
|
0,54
|
Hasil
Terendah Lari Sprint kondisi awal
Pra Siklus
|
Hasil
Terendah Lari Sprint pada Siklus 2
|
Peningkatan
Kualitas Hasil Lari Sprint pada
Siklus 2
|
8,05
|
7,30
|
0,75
|
Data Tabel yang di
tampilkan diatas telah menunjukkan Perbandingan hasil belajar yang di temukan
dalam proses Belajar Mengajar Lari Sprint
dengan menggunakan Media Baling-baling(Kincir Angin) sebagai Inovasi
pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan dan
kemajuan pembelajaran peserta didik Kelas VII C SMP N 1 Rejang Lebong Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Pekerjaan yang
dilakukan harus mempunyai akhir dan hasil yang di susun didalam sebuah
rangkuman yakni kesimpulan untuk di pelari dan dipahmi secara menyeluruh,
tentang penyelesaian permasalahan yang telah ditemukan. Adapun simpulan dari
kegiatan inovasi pembelajaran dengan menggunakan media baling-baling sebagai
alat pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Bahwa peningkatan hasil belajar lari Sprint 50 m dengan Menggunakan Media
Baling-baling sebagai alat belajar terbukti mempunya pengaruh didalam proses
belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan lari sprint 50 m Peserta
didik Kelas VII C SMP N 1 Rejang Lebong
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 20162017.
2.
Melalui Inovasi pembelajaran Media Baling-baling(kincir angin) sebagai
alat permainan dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMP N 1 Rejang Lebong
telah menunjukkan kemajuan hasil belajar
lari sprint 50 meter peserta didik kelas VII C SMP N 1 Rejang Lebong
Smester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.
B.
Saran
Adapun saran dari penulis inovasi
pembelajaran ini adalah :
1. Masih
perlu perbaikan dan pengembangan berkelanjutan tentang pemanfaatan media
baling-baling terhadap materi lain dan secara khusus menobatkan media
baling-baling adalah salah satu media pembelajaran yang mampu meningkatkan
hasil lari sprint 50 meter pada tingkat SMP.
2. Media
ini diharapkan mampu membangun prestasi lari para peserta didik yang memiliki
kemampuan dan skill terhadap nomor
lomba atletik yakni lari jarak pendek.
SEMOGA BERMANFAAT
Untuk Melihat Bahan-bahan Proposal PTK hingga Pelaporan PTK, Silaahkan Klik Link Dibawah ini :